Skip to main content

Kebaikan dan Kejahatan

Salah seorang tetua kota datang kemudian memohon padanya suatu uraian masalah Kebaikan serta Kejahatan.

Dan memperoleh jawaban:

Tentang kebaikan manusia aku bisa bicara namun tidak mengenai kejahatannya.
Sebab apalah kejahatan itu selain kebaikan jua yang tersiksa oleh lapar dan hausnya sendiri?
Sebenarnyalah jikalau kebaikan itu menanggung kelaparan dia mencari makanan walau sampai ke lorong gelap pun, dan pabila dahaga dia akan minum walau yang direguknya air beracun.


Engkau benar, pabila engkau satu dengan dirimu namun engkau bukannya jahat pabila engkau sedang tak mantap dalam dirimu. Sebab rumah yang sedang terpecah belah bukanlah sarang kaum penjahat, melainkan hanya rumah yang terpecah belah.

Sebuah perahu tanpa kemudi, mungkin mengambang tanpa tujuan antara pulau-pulau yang penuh bahwa tanpa mesti tenggelam ke dasar lautan.

Engkau benar pabila engkau berusaha memberikan dirimu, namun engkau bukannya jahat pabila engkau masih mencari untung bagi dirimu sebab pencari untung diibaratkan hanya sekedar pengisap susu Ibu Bumi, bagaikan akar.

Buah pohon tak mungkin berkata pada akarnya:
"Jadilah seperti aku yang masak dan ranum ini, senantiasa memberikan kelimpahan hasilnya".
Sebab bagi sang buah memberi adalah kebutuhannya sedang bagi sang akar menerima adalah kebutuhannya.

Engkau benar, bila kau bicara dengan penuh kesadaran namun engkau bukannya jahat jikalau kau bicara sambil setengah tidur sedang lidahmu menggumam, tersandung-sandung tanpa tujuan. Bahkan pembicaraan yang tertatih-tatih, meraba-raba merupakan latihan penguat bagi lidah remaja.

Engkau benar, pabila tegap langkahmu dan pasti tujuanmu. Namun engkau bukannya jahat, jikalau kau menuju tujuan dengan langkah pincang. Bahkan mereka yang menapak timpang tidaklah sama dengan yang berjalan ke belakang.

Tetapi yang kuat perkasa dan sigap cekatan, jagalah jangan timpang di depan si pincang. Dengan mengira perbuatan itu mengandung kebaikan.

Kebaikan dapat kau wujudkan dalam berbagai cara, dan kau belum tentu jahat bila sedang tidak baik. Engkau hanyalah lamban dan ketinggalan. Sayangnya memang bahwa si kijang tak dapat mengajarkan kecepatan lari pada si keong.

Dalam merindukan kebesaranmulah letak kebaikanmu dan kerinduan itu ada pada semua manusia.
Pada beberapa di antaramu, keinginan atau rindu itu menggemuruh perkasa bagai arus yang menderas ke samudera, membawa rahasia lereng bukit dan lagu rimba raya.

Pada beberapa yang lain merupakan arus yang sekedar rata, hanyut berbaur dengan tikungan dan sudut-sudutnya, masih pula berputar-putar sebelum sampai ke muara.

Tetapi jangan dia yang ingin perkasa berkata kepada yang ingin sederhana saja:
"Mengapa kau begitu lamban, dan terbata-bata?"

Sebab yang utama sesungguhnya, tak akan mengajukan pertanyaan pada si tuna busana:
"Di manakah pakaianmu?"

Maupun tak sampai hati ia bertanya pada si tuna wisma:
"Rumahmu, apakah yang terjadi padanya?"

Comments

Popular posts from this blog

Cinta

Berkatalah Almitra: Bicaralah kepada kami tentang Cinta. Diangkatnya kepala dan disapukannya pandangan kepada pendengarnya. Suasana hening meliputi mereka. Maka terdengar lantang ia bertutur kata: Apabila cinta memanggilmu ikutilah dia, Walau jalannya terjal berliku-liku. Dan apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya membuyarkan mimpimu, bagai angin utara mengobrak-abrik pertamanan. Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia menyalibmu. Demi pertumbuhan mu, begitu pula demi pemangkasanmu. Sebagaimana dia membubung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu, membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari, demikian pula dia menghunjam ke dasar akarmu, mengguncang-guncangnya dari ikatanmu dengan tanah. Laksana butir-butir gandum kau diraihnya. Ditumbuknya kau sampai polos telanjang. Diketamnya kau agar bebas dari kulitmu. Digoso

Kerja

Seorang peladang datang bertanya: Berilah penjelasan pada kami soal kerja. Maka demikianlah bunyi jawabnya: Kau bekerja supaya langkahmu seiring irama bumi, serta perjalanan roh jagad ini. Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim. Serta keluar dari barisan kehidupan sendiri. Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya, menuju keabadian masa. Bila bekerja engkau ibarat sepucuk seruling, lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu. Siapa mau menjadi ilalang dungu dan bisu, pabila semesta raya melagukan gita bersama? Selama ini kau dengar orang berkata, bahwa kerja adalah kutukan, dan susah payah merupakan nasib, takdir suratan. Tetapi aku berkata kepadamu bahwa bila kau bekerja, engkau memenuhi sebagian cita-cita bumi yang tertinggi. Yang tersurat untukmu, ketika cita-cita itu terjelma. Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja, hakekatnya engkau mencintai kehidupan. Mencintai kehidupan dengan bekerja, adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam. Namun pabila d

Suka dan Duka

Lalu seorang wanita bicara, menanyakan masalah suka dan duka. Yang dijawabnya: Sukacita adalah dukacita yang terbuka kedoknya. Dari sumber yang sama yang melahirkan tawa, betapa seringnya mengalir air mata. Dan bagaimana mungkin terjadi yang lain? Semakin dalam sang duka menggoreskan luka ke dalam sukma, maka semakin mampu sang kalbu mewadahi bahagia. Bukankah piala minuman, pernah menjalani pembakaran ketika berada dalam pembuatan? Dahulu bukanlah seruling penghibur insan adalah sebilah kayu yang pernah dikerati tatkala dia dalam pembikinan? Pabila engkau sedang bergembira, mengacalah dalam-dalam ke lubuk hati, Disanalah nanti engkau dapati bahwa hanya yang pernah membuat derita berkemampuan memberimu bahagia. Pabila engkau berdukacita, mengacalah lagi ke lubuk hati, Disanalah pula kau bakal menemui bahwa sesungguhnyalah engkau sedang menangisi, sesuatu yang pernah engkau syukuri. Diantara kalian ada yang mengatakan: "Sukacita itu lebih besar dari dukacita". Yang lain pula b