Maju pula seorang wanita yang meminta penjelasan tentang derita.
Dan Guru pun terdengar bertutur-kata:
Pedihnya derita adalah pecahnya peristiwa, koyaknya kulit ari yang membungkus kesadaran pengertian.
Sebagaimana biji buah mesti pecah, agar intinya terbuka merekah bagi curahan cahaya surya.
Demikian pun bagimu, kemestian tak terelakkan, mengenal derita serta merasakan kepedihan, dan kalau saja hatimu masih peka digetari ketakjuban, menyaksikan kegaiban yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan;
Maka derita pedih itu tiada kurang menakjubkan daripada kegirangan dan kau pun akan rela menerima pergantian musim di hatimu sebagaimana kau senantiasa rela menerima penggeseran musim yang silih berganti merayapi ladangmu, semusim datang dan semusim pergi.
Maka engkau pun akan tenang memandang meski agak pilu.
Turunnya hujan salju yang mengiris dingin.
Di kala musim dingin tiba menyinggahi hatimu.
Banyak di antara yang kauderita adalah pilihanmu sendiri.
Dialah ramuan pahit pemberian hidup pada pribadi demi penyembuhan bagian yang parah di dalam hati.
Maka percayailah tabib itu dan reguk kabis ramuan pahit kehidupan dengan cekatan, tanpa bicara.
Sebab tangannya walau keras dan berat terasa mendapat bimbingan gaib teramat lembut.
Dan piala obat yang dibawakannya, walau pedih terasa membakar bibir, telah dikepal-kepal oleh tangan-Nya.
Dari tanah liat yang dibubuhi air, tetesan air mata keramat-Nya.
Dan Guru pun terdengar bertutur-kata:
Pedihnya derita adalah pecahnya peristiwa, koyaknya kulit ari yang membungkus kesadaran pengertian.
Sebagaimana biji buah mesti pecah, agar intinya terbuka merekah bagi curahan cahaya surya.
Demikian pun bagimu, kemestian tak terelakkan, mengenal derita serta merasakan kepedihan, dan kalau saja hatimu masih peka digetari ketakjuban, menyaksikan kegaiban yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan;
Maka derita pedih itu tiada kurang menakjubkan daripada kegirangan dan kau pun akan rela menerima pergantian musim di hatimu sebagaimana kau senantiasa rela menerima penggeseran musim yang silih berganti merayapi ladangmu, semusim datang dan semusim pergi.
Maka engkau pun akan tenang memandang meski agak pilu.
Turunnya hujan salju yang mengiris dingin.
Di kala musim dingin tiba menyinggahi hatimu.
Banyak di antara yang kauderita adalah pilihanmu sendiri.
Dialah ramuan pahit pemberian hidup pada pribadi demi penyembuhan bagian yang parah di dalam hati.
Maka percayailah tabib itu dan reguk kabis ramuan pahit kehidupan dengan cekatan, tanpa bicara.
Sebab tangannya walau keras dan berat terasa mendapat bimbingan gaib teramat lembut.
Dan piala obat yang dibawakannya, walau pedih terasa membakar bibir, telah dikepal-kepal oleh tangan-Nya.
Dari tanah liat yang dibubuhi air, tetesan air mata keramat-Nya.
Comments