Seorang terpelajar datang meminta sebuah uraian tentang Bicara.
Maka dijawabnya:
Engkau bicara, jikalau tak menemukan kedamaian dengan pikiran, yaitu tiada tahan lagi bersembunyi diri dalam hati.
Maka kau hidup dengan bibirmu dan suara katamu menjadi hiburan perintang kalbu.
Dalam kebanyakan ucapan, setengah fikiran tenggelam binasa, sebab fikiran adalah burung angkasa semesta yang dalam kurungan bentuk kalimat dan kata meski dapat jua membeberkan sayapnya namun tak mungkin terbang ke angkasa raya.
Beberapa diantaramu mencari teman yang gemar bicara, terdorong kekhawatiran akan kesepian. Sebab heningnya kesunyian akan membuka mata insan terhadap kekurangsempurnaan diri. Dan karena itulah mereka lari.
Ada pula yang bicara, dan dengan demikian tanpa sengaja ataupun tiada sadar membuka tabir kebenaran, yang tidak diketahuinya sendiri.
Dan ada pula mereka yang menyimpan kebenaran di dalam kalbu namun tidak dia ucapkan dalam ujud perkataan.
Dalam pribadi semacam ini sang jiwa bertahta dalam keheningan penuh irama.
Jikalau bertemu teman di pinggir jalan, di pasar atau di pekan, biarkanlah batin suaramu bicara kepada batin telinganya. Oleh sebab batinnyalah yang akan menyimpan pesan hatimu, sebagaimana cita rasa anggur terkenang selalu pabila warnanya telah terlupa dan serat buahnya telah lama tiada.
Maka dijawabnya:
Engkau bicara, jikalau tak menemukan kedamaian dengan pikiran, yaitu tiada tahan lagi bersembunyi diri dalam hati.
Maka kau hidup dengan bibirmu dan suara katamu menjadi hiburan perintang kalbu.
Dalam kebanyakan ucapan, setengah fikiran tenggelam binasa, sebab fikiran adalah burung angkasa semesta yang dalam kurungan bentuk kalimat dan kata meski dapat jua membeberkan sayapnya namun tak mungkin terbang ke angkasa raya.
Beberapa diantaramu mencari teman yang gemar bicara, terdorong kekhawatiran akan kesepian. Sebab heningnya kesunyian akan membuka mata insan terhadap kekurangsempurnaan diri. Dan karena itulah mereka lari.
Ada pula yang bicara, dan dengan demikian tanpa sengaja ataupun tiada sadar membuka tabir kebenaran, yang tidak diketahuinya sendiri.
Dan ada pula mereka yang menyimpan kebenaran di dalam kalbu namun tidak dia ucapkan dalam ujud perkataan.
Dalam pribadi semacam ini sang jiwa bertahta dalam keheningan penuh irama.
Jikalau bertemu teman di pinggir jalan, di pasar atau di pekan, biarkanlah batin suaramu bicara kepada batin telinganya. Oleh sebab batinnyalah yang akan menyimpan pesan hatimu, sebagaimana cita rasa anggur terkenang selalu pabila warnanya telah terlupa dan serat buahnya telah lama tiada.
Comments